BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peradaban atau
dalam istilah arab disebut (hadlarah) adalah sekumpulan konsep (mafahim)
tentang kehidupan. Peradaban bisa berupa peradaban spiritual ilahiyah (diiniyyah
ilahiyyah) atau peradaban buatan manusia (wadl’iyyah basyariyyah).
Peradaban spiritual ilahiyah lahir dari sebuah ideologi (‘aqidah),
sebagaimana peradaban Islam yang lahir dari aqidah Islamiyah. Sedangkan
peradaban buatan manusia muncul dari sebuah ideologi.
seseorang
atau sekelompok manusia bisa jadi memeluk suatu agama sekaligus mengikuti
ideologi tertentu, karena agama tersebut tidak memiliki konsep yang menyeluruh
tentang kehidupan, Orang-orang tersebut menganut konsep-konsep kehidupan yang
membentuk peradaban mereka, sekalipun konsep-konsep tersebut tidak berhubungan
dengan agama mereka. Dengan demikian, peradaban mereka bukan merupakan
peradaban ilahiyah, sekalipun pada faktanya mereka memeluk suatu agama.
Agama
dalam keaneka ragamannya yang hampir tidak dapat dibayangkan itu memerlukan
deskripsi (penggambaran) dan bukan defenisi (batasan). Agama adalah gejala yang
begitu sering “terdapat dimana-mana” sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita
untuk membuat abstraksi ilmiah.
Beribadah
bersama-sama memakai lambang-lambang keagamaan telah mempersatukan
kelompok-kelompok manusia dalam ikatan yang paling erat, akan tetapi perbedaan
agama telah membantu timbulnya beberapa pertentangan yang paling hebat diantara
kelompok-kelompok itu. Ibadah keagamaan dihiasi dengan keindahan seni tetapi
juga berjalan dengan baik dalam kehidupan yang sederhana sekalipun.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
Pengertian Kebudayaan, Peradaban dan Agama?
2. Bagaimana
Keterkaitan Peradaban dengan Agama?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Peradaban dan Agama.
2. Untuk
Mengetahui Keterkaitannya Peradaban dengan Agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kebudayaan, Peradaban dan Agama
1.
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu buddhaya,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dapat juga diartikan
sebagai mengolah tanah atau juga bertani. Kata Culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Istilah budaya (culture) yang dimasukkan kedalam konsep masing-masing disiplin
humaniora dan sosial, merupakan kajian disiplin ilmu lain yang terlebih dahulu
mendefinisikan istilah budaya adalah antropologi, sosial, politik, ekonomi dan
sebagainya. Menurut para ahli definisi budaya adalah sebagai berikut[1]:
a. Cilfford
Geertz memberikan definisi kebudayaan adalah “suatu sistem makna dan simbol
yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya,
menyatakan perasaannya dan memberikan peniaian-penilaiannya; suatu pola makna
yang ditrasmisikan secara historic, diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik
melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikan dan
mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya kearah kehidupan; suatu kumpulan
peralatan simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang
ekstrasomatik”.
b. Koentjaraningrat
memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar[2].
c. James
Spradley nampaknya hamper sependapat dengan Koenjtaraningrat, ia mengatakan
budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses
belajar, yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia
sekelilingnya, sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi
dunia sekitar[3]
2.
Peradaban
Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam
kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk
merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik
dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain,
anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja
yang rumit.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai
persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam
kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah
budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,
nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara
hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan,
peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian
dan budaya kota.
Dalam artian yang sama, peradaban dapat
berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". masyarakat menurut
kodratnya, manusia adalah masyarakat. Manusia selalu hihup bersama dan berada
diantara manusia yang lainnya. Dalam bentuk kongkretnya, manusia bergaul,
berkomunikasi dan berinteraksidengan manusia lain. Keadaan ini terjadi karena
dalam diri manusia terdapat dorongan diri untuk hidup bermasyarakat disamping
dorongan keakuan. Dorongan bermasyarakat dan dorongan keakuan yang mendorong
manusia bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri[4].
Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa
digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan
kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari
tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor
tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.
3. Agama
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan
rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu
perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki
kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan
keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar
biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Manusia diciptakan
allah sebagai makhluk relegius artinya pada diri manuasia terdapat keyakinan
akan adanya dzat yang maha kuasa. Manusia diciptakan Allah mempunyai fitrah
beragama. Sebagai manusia yang beragama maka manusia menjadiakan agama sebagai
pegangan hidup. Kitab suci yang dimiliki agama dijadikan sebagai garis-garis
besar haluan dalam menata dan mengisi hidup. Dalam kaitannya dengan berbudaya,
agama memberi pedoman kepada masing-masing individu dalam masyarakat bagaimana
berbudaya yang sesuai dengan tuntunan agama[5]
Dalam
pengertian agama terdapat tiga unsur, ialah: manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham
atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat
disebut agama. Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup. Yakni bahwa seluruh
aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya.
Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan
sebagainya ditentukan oleh aturanatau tata cara agama.
B.
Keterkaitan
Peradaban dengan Agamas
Peradaban atau dalam istilah arab
disebut (hadlarah) adalah sekumpulan konsep tentang kehidupan. Peradaban
bisa berupa peradaban spiritual ilahiyah (diiniyyah ilahiyyah) atau
peradaban buatan manusia (wadl’iyyah basyariyyah). Peradaban spiritual
ilahiyah lahir dari sebuah ideologi (‘aqidah) manusia, sebagaimana
peradaban Islam yang lahir dari aqidah Islamiyah. Sedangkan peradaban buatan
manusia muncul dari sebuah ideologi manusia itu sendiri, seperti misalnya
peradaban kapitalis Barat, yang merupakan sekumpulan konsep tentang kehidupan
yang muncul dari ideologi sekularisme. Peradaban semacam ini bisa pula tidak
berasal dari sebuah ideologi, semisal peradaban Yunani, Babilonia, dan Mesir
Kuno. Peradaban-peradaban tersebut sekedar merupakan sekumpulan konsep yang
disepakati sekelompok manusia, sehingga menjadi sebuah peradaban yang bersifat
kebangsaan.
Selain itu, seseorang atau
sekelompok manusia bisa jadi memeluk suatu agama sekaligus mengikuti ideologi
tertentu, karena agama tersebut tidak memiliki konsep yang menyeluruh tentang
kehidupan, seperti agama Nasrani atau Budha. Orang-orang tersebut menganut
konsep-konsep kehidupan yang membentuk peradaban mereka, sekalipun
konsep-konsep tersebut tidak berhubungan dengan agama mereka. Dengan demikian,
peradaban mereka bukan merupakan peradaban ilahiyah, sekalipun pada faktanya
mereka memeluk suatu agama. Oleh karena itu, berbagai kelompok manusia dari
berbagai agama dan bangsa seperti orang Jepang, Hindu, dan Prancis bisa jadi
mempunyai satu peradaban. Bangsa dan agama mereka berbeda, tetapi peradaban
mereka hanya satu, yaitu kapitalisme.[6]
Aqidah Islam sama sekali berbeda
dengan ideologi Barat yang berlandaskan asas kompromi dan pemisahan agama dari
kehidupan. Peradaban Islam menjadikan halal dan haram sebagai ukuran, sedangkan
peradaban Barat menjadikan manfaat sebagai timbangan setiap perbuatan. Demikian
pula, makna kebahagiaan dalam peradaban Islam adalah mencari keridlaan Allah,
sementara kebahagiaan dalam perspektif Barat adalah kenikmatan duniawi.
Agar kaum Muslimin sadar sepenuhnya mengenai hal-hal yang
boleh diambil dan tidak boleh diambil, maka perlu dilakukan pemisahan antara
peradaban dengan madaniyyah, serta pembedaan antara madaniyyah yang dihasilkan
konsep-konsep kehidupan tertentu dengan madaniyyah yang murni berasal dari “ilmu
pengetahuan dan teknologi”.
A. Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia.[7]
B. Konsep Teknologi
1.
Pengambilan Keputusan
a. Model
b. Kriteria (Persyaratan atau Tujuan)
c. Pembatas
d. Optimasi
2.
Sistem
Sistem adalah suatu objek atau
peristiwa yang terdiri atas rangkaian bagian yang merupakan suatu kesatuan dan
saling berinteraksi secara fungsional, dan memperoses suatu masukan menjadi
keluaran.
3.
Umpan Balik
Untuk berlangsungnya kerja suatu
sistem dan pengaturan keluaran, diperlukan terlaksananya kontrolyang mencakup
monitoring dan koreksi. Dengan kata lain, diperlukan umpan balik[8].
Telah dikatakan bahwa peradaban adalah
sekumpulan konsep tentang kehidupan; bisa berupa peradaban spiritual ilahiyah (diiniyyah)
dan bisa pula berupa peradaban buatan manusia. Contoh peradaban diiniyyah
adalah peradaban Islam, sedangkan contoh peradaban buatan manusia adalah
peradaban India atau peradaban Barat. Keberadaan peradaban-peradaban tersebut
merupakan suatu hal yang pasti dan menjadi fakta yang terbantahkan. Demikian
pula, perbedaan di antara peradaban-peradaban itu merupakan suatu fakta yang
tidak bisa diingkari, kecuali oleh para pendusta.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa digunakan
istilah hadlarah untuk menyebut sekumpulan konsep kehidupan dan istilah
madaniyyah untuk bentuk-bentuk fisik, dan mengapa bukan sebaliknya? Secara lughawi,
hadlarah adalah tempat tinggal di suatu wilayah yang beradab (seperti
kota), sedangkan al-hadhir adalah orang-orang yang tinggal di “kota-kota
dan desa-desa”.
A. Kota
Beberapa
ahli mengatakan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal
didalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya.
B. Agraris (desa)
Desa
adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud atau kenampakan di muka bumi
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan kultural
yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga hubungannya dengan
daerah-daerah lain[9].
Sumber peradaban diiniyyah menurut
para penganutnya adalah wahyu, sedangkan sumber peradaban buatan manusia adalah
orang-orang yang sepakat dengan konsep-konsepnya. Hal ini saja cukup untuk
memisahkan dan membedakan kedua macam peradaban ini. Bahkan sekalipun kemudian nampak
berbagai bentuk kesamaan konsep, yang terjadi bukan karena adanya suatu
kesepakatan atau kesamaan pemikiran. Ini disebabkan karena peradaban ketika
diambil atau diikuti harus diambil sekaligus dengan landasan darimana ia
berasal atau landasan tempat ia dibangun.
Jadi bila landasan kedua peradaban
berbeda, maka adanya kesamaan sejumlah konsep atau kemiripan beberapa konsep
tentang kehidupan, menjadi perkara yang tidak perlu diperhatikan. Hal ini
disebabkan karena konsep hanya merupakan cabang dari landasannya, dan ia tidak
dapat diambil kecuali dengan landasannya. Baik peradaban Islam maupun peradaban
Barat membolehkan orang memakan ikan, mengenakan pakaian dari bahan wol,
memiliki harta pribadi, menjadikan wanita sebagai wakil umat, mengoreksi penguasa,
dan meminum obat.
Namun demikian, hal-hal tersebut
serta segala sesuatu yang mirip dengannya tidak dianggap sebagai bagian dari
peradaban Islam, kecuali hal-hal tersebut berasal dari wahyu Allah SWT kepada
Rasulullah Muhammad SAW, atau dengan kata lain berasal dari syariat. Sementara
hal-hal yang sama diambil oleh peradaban Barat semata-mata karena adanya
kepentingan (maslahat) atau karena disukai oleh pikiran para
penganutnya. Bila seorang muslim mengambil hal-hal tersebut semata-mata karena
adanya kepentingan atau karena pertimbangan rasionalnya, maka ia tidak dianggap
menganut peradaban Islam.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban adalah memiliki
berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Istilah peradaban
sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah
"budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia
dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai
"seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan
kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Dalam
artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata
krama, atau rasa".
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur
kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai
agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia
memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur
kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai
agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia
memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
seseorang
atau sekelompok manusia bisa jadi memeluk suatu agama sekaligus mengikuti
ideologi tertentu, karena agama tersebut tidak memiliki konsep yang menyeluruh
tentang kehidupan, Orang-orang tersebut menganut konsep-konsep kehidupan yang
membentuk peradaban mereka, sekalipun konsep-konsep tersebut tidak berhubungan
dengan agama mereka. Dengan demikian, peradaban mereka bukan merupakan
peradaban ilahiyah, sekalipun pada faktanya mereka memeluk suatu agama.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku;
IAIN Sunan
Ampel, ilmu alamiah dasar, ilmu social
dasar, ilmu budaya dasar (IAD, ISD. IBD), Surabaya : IAIN SA Press, Agustus
2011.
IAIN Sunan
Ampel, ilmu alamiah dasar, ilmu social
dasar, ilmu budaya dasar (IAD, ISD. IBD), Surabaya : IAIN SA Press, Agustus
2012.
Drs. Mawardi-Ir. Nur
Hidayati, ilmu alamiah dasar, ilmu social
dasar, ilmu budaya dasar (IAD, ISD. IBD), Bandung : CV Pustaka Setia, 2009.
Koentjaraningrat,
Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990) 180.
Sumber
Internet;
http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu
http://syariahpublication.com/2006/10/28/definisi-peradaban-hadlarah.
[1]
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA Pres, 2012),
152.
[2]
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu
Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) 180.
[3]
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA Pres, 2012),
153.
[4]
Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Ilmusosial dasar (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
217.
[5]
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA Pres, 2012),
208.
[6]
http://syariahpublication.com/2006/10/28/definisi-peradaban-hadlarah.
[7]
http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu
[8]
Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Ilmusosial dasar (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
108.
[9]
Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Alamiah
Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Ilmusosial dasar (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
191-194.